Sadranan Tradisi Leluhur Yang Tetap Dilestarikan

    Sadranan Tradisi Leluhur Yang Tetap Dilestarikan
    Babinsa Bergas saat mengikuti tradisi nyadran, kegiatan yang merupakan warisan leluhur ini bertujuan untuk mengirimkan doa bagi keluarga dan leluhur yang telah meninggal dunia.

    SEMARANG - Tradisi Nyadran adalah nama dari salah satu budaya masyarakat Islam Jawa dalam menyambut datangnya Bulan Ramadhan, Sebuah serangkaian budaya berupa kenduri selamatan, Besik atau pembersihan makam leluhur serta upacara ziarah kubur, dengan mendoakan roh yang telah meninggal di area makam, Oleh masyarakat Jawa terutama Jawa Tengah, tradisi ini biasa dilaksanakan di setiap hari ke-10 bulan Rajab atau saat datangnya bulan Sya’ban.

    Tradisi tersebut yang masih tetap terjaga dan lestari di kecamatan Bergas, Seperti yang dilakukan oleh warga masyarakat Dusun Kebonan Desa Randugunting Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang, bersama Babinsa, Lurah, Babinkamtibmas, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat mereka mengadakan Tradisi Nyadran Menyambut Bulan Suci Ramadhan di makam Sentono, Kamis(24/03)

    Adapun dalam pelaksanaanya, diawali dengan pembacaan yasin, zikir, tahlil, dan doa, serta tausiyah, kemudian ditutup dengan makan bersama.

    Dikatakan oleh Sertu Ign Wahono, Nyadran merupakan Perpaduan antara adat budaya serta agama .tradisi peninggalan budaya yang tak terrnilai harganya dan perlu dilestarikan.

    “Masyarakat yang mengikuti Nyadran biasanya berdoa untuk kakek-nenek, bapak-ibu, serta saudara-saudari mereka yang telah meninggal”pungkasnya.

    Kegiatan Nyadran yang saat ini masih dalam suasana pandemi dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat, warga yang mengikuti jalannya prosesi Nyadran juga tetap menggunakan masker.

    Editor         :Yudha/Pendim0714

    SEMARANG JATENG
    Wahyudha Widharta

    Wahyudha Widharta

    Artikel Sebelumnya

    Akibat Sering Longsor, Babinsa Bersama Warga...

    Artikel Berikutnya

    Tingkatkan Kemampuan, Taruna Akmil TK II...

    Berita terkait